Benarkah darah Nabi memegang darahnya sehingga dia tidak akan jatuh ke tanah?

PERTANYAAN:

Bismillah.
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ustadz, mau bertanya, mohon informasinya apakah kisah dibawah ini benar?
Syukron. Jazaakakaka adalah Bachara.
_________

Dalam sebuah kisah, diceritakan bahwa Rasulullahﷺ pernah terluka. Gigi geraham beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah.

Namun, di tengah hal itu, Rasulullah malah tak henti menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar jangan menetes ke tanah meski dalam keadaan genting sekalipun.

Setelah perang mereda, seorang teman berani bertanya tentang perilakunya. Mengapa dalam situasi seperti itu nabi bahkan meletakkan aliran darah dan kemudian menyalakannya ke dada.

Nabi Sallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab dengan lembut, “Saya mendengar apa yang tidak Anda dengar”.

Malaikat penjaga gunung berkata, “Jika ada setetes darahku untuk menyentuh bumi, maka Tuhan akan menjatuhkan langit dari mereka yang melawanku.”

Mendengar jawaban kepada para teman kembali bertanya, “Mengapa Anda tidak berdoa agar musuh -musuh Allah terkutuk?” ⠀

Rasulullah (semoga damai bersamanya) menjawab, “Saya tidak dikirim untuk mengutuk, tetapi berkhotbah dan menyebarkan belas kasihan ke alam semesta”.
“Ya Raab memberi mereka bimbingan, karena mereka tidak tahu.”

Itulah moralitas yang ditunjukkan oleh nabi sallallaahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun dalam keadaan cedera untuk musuh, nabi masih menunjukkan cinta kepada umat manusia.

(+62 811-993x-xxx)

JAWABAN

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Kisah tentang gigi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam patah, dahinya berdarah, dst.. Terjadi di perang Uhud, benar adanya, ada dalam Shahih Muslim, dan lainnya, dari jalur Anas bin Malik..

Tapi untuk kisah lanjutannya, bahwa darah itu ditahan agar tidak jatuh ke tanah.. dst.. tidak diketahui sumbernya dari mana..

Jika ada BC, tidak disebutkan sumber penukilannya sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan validitasnya lebih baik diabaikan..

Wallahu a’lam

Farid Nu’man Hasan

Terkait